Tuesday 21 April 2009

Seputar “Shina’atul Hayah”; Di Atas Arus Di Titik Puncak

Teori Shina’atul Hayah (life making) ini disebut sebagai management kehidupan sebagai shina’ah (making) yang memiliki seninya yang khas, yang ditingkatkan kualitinya seiring dicapai apabila telah terakumulasi. Sama seperti tukang besi yang harus belajar dan menegetahui tentang selok-belok besi. Begitu juga kita ingin menjalankan seluruh kehidupan dalam satu arus, dengan segala yang ada di dalamnya berupa manusia, hubungan, kekayaan, keilmuan dan keintelektualan dengan bermuara di lembah Islam. Jadi kita harus berfikir dan mengetahui rahsia karakter manusia dan hubungannya. Kerana kita tengah mempraktikkan pembuatan, maka permainan di dalamnya menjadi satu keharusan. Begitulah, kadangkala tukang ukir kayu yang banyak membelah kayu terpaksa membuang kayu untuk mendapatkan keindahan. Begitu juga daie sebagai engineer kepada kehidupan.


Orang kafir berbuat sebagaimana yang kita buat. Oleh kerana itu projek Islam perlulah berskala luas dan komprehensif, tidak boleh pengaruh terbatas pada pengarahan satu generasi atau investasi kekayaan, agar Islam menjadi pengaruh peradaban, lintas generasi dan mengakar kedalaman zaman dan disetiap tempat. Kerana itu,bagi melihat hasil-hasil sangat memerlukan pendahuluan usaha yang sesuai dengannya. Dan barangkali memakan waktu hingga puluhan tahun. Begitu juga projek yang diterjui oleh kuffar. Mereka sangat sabar untuk memajukan dan merampas peradaban dalam jangka waktu yang lama.


Terkadang kita dapat menyederhanakan pertanyaan dengan kalimat, “ Bagaimana kita memandu dan mengendalikan kehidupan ini”… Jawabannya hal ini tidak dapat dicapai dengan hanya sekadar meraih kekuasaan atau mewujudkan keunggulan politik yang parsial. Tetapi memegang kendali kehidupan dengan mengharuskan turun lapangan dengan cakerawala peradaban yang komprehensif. Di dalamnya terdapat reformasi moral, pembangunan ekonomi, pemilikan harta, penguasaan ilmu, dan akses kepada pusat-pusat kekuatan di setiap wilayah seluruh dunia.


Dengan sebab itu setiap daie muslim wajiblah memahami karakter amalnya dan wawasan dakwahnya, agar ia dapat menyiapkan dengan karakter tersebut. Kesiapan mental dengan kesabaran, kesiapan tugas dengan ilmu, kesiapan bantuan dengan harta benda dan kesiapan symbol dengan keindahan. Hal ini menegaskan bahawa hari ini kita menghadapi era kehidupan yang merupakan awal putaran baru peradaban Islam setelah berabad-abad keterbelakngan. Pada mulanya putaran itu mencapai titk klimax, tetapi mengalami perubahannya yang sangat merudum.


Hulagu bukanlah pahlawan di medan perang yang kepahlawanannya itu membuatnya unggul sebanding dengan inisiatifnya untuk memanfaatkan situasi-situasi kekacauan politik dan krisis moral pada detik-detik akhir pemerintahan Abbasiyah. Begitu juga disisi yang berlawanan saat penaklukan Konstantinople, ketika itu berlaku perdebatan di dalam kerajaan pemerintahan Byzantium dan kelemahan raja ketika saat itu membuka peluang kepada Sultan Muhammad Al-Fateh dan pasukannya memberi tekanan kepada tentera Byzantium.


Diantara hal terjujur yang dikatakan oleh Malik Bin Nabi adalah; “Disebalik kisah penjajahan terdapat kisah bangsa yang lemah dan bersedia untuk diinjak-injak”.. Itulah perumpamaan yang cuba ditafsirkan oleh Malik Bin Nabi berbagai fenomena kehidupan dan dakwah. Sebagaimana kemerosotan setiap peradaban diawali oleh pembusukan sehingga tempatnya diganti oleh peradaban pesaing. Begitulah sekilas dan seputar mengenai sejarah dan cerita mereka yang telah pergi…


Kedepan, bagaimana pula mahasiswa membangun peradaban. Dan bagaimana pula mahasiswa menggagas format masa depan gerakan dan kepimpinan Negara tanahair… Hari-hari di dalam sejarah, namun dimanakah mahasiswa…?

0 comments: